Teknik Pengambilan
Gambar Bergerak
Uraian Materi
1.
Sudut pengambilan gambar
Dalam penataankamera secara teknik yang perlu diperhatikan salah
satunya adalah camera angle atau sudut kamera. Pemilihan sudut pandang
kamera dengan tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita.
Sebaliknya jika pengambilan sudut pandang kamera dilakukan dengan serabutan
dapat merusak dan membingungkan penonton, karena makna bisa jadi tidak
tertangkap dan sulit dipahami. Oleh karena itu penentuan sudut pandang kamera
menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang
berkesinambungan.
Sudut kamera di bagi menjadi 3
jenis yaitu sudut kamera obyektif, subyektif dan point of view.
a. Sudut kamera obyektif
a. Sudut kamera obyektif
Adalah kamera dari sudut pandang
penonton outsider, tidak dari sudut pandang pemain tertentu. Angle kamera obyektif
tidak mewakili siapapun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada
kamera, tidak merasa ada yang melihat.
- Bird
eye view
Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian
kamera berada diatas ketinggian objek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang
luas dan benda-benda lain tampak kecil dan berserakan
- High
angle
Sudut pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan
objek jadi terlihat kecil. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai
“kerdil”.
- Low angle
Sudut pengambilan dari arah
bawah objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat besar. Teknik ini memiliki
kesan dramatis yaitu nilai agung/prominance, berwibawa, kuat, dominan.
-
Eye level
Sudut pengambilan gambar
sejajar dengan objek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata
seseorang. Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis melainkan kesan wajar.
-
Frog eye
Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar
dengan alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah
mata penonton mewakili mata katak.
b. Sudut kamera
subyektif
Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan,
misalnya melihat ke penonton. Atau dari sudut pandang pemain lain, misalnya
film horor. Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberapa cara:
-
Kamera berlaku sebagai mata penonton
untuk menempatkan mereka dalam adegan, sehingga dapat menimbulkan efek dramatic
-
Kamera berganti-ganti tempat dengan
seseorang yang berada dalam gambar. Penonton dapat menyaksikan suatu hal atau
kejadian melalui mata pemain tertentu. Penonton akan mengalami sensasi yang
sama dengan pemain tertentu. Jika sebuah kejadian disambung dengan close up seseorang yang memandang ke luar layar, akan
member kesan penonton sedang menyaksikan apa yang disaksikan oleh pemain
yangmemandang keluar layar tersebut.
-
Kamera bertindak sebagai mata dari
penonton yang tidak kelihatan. Seperti presenter yang menyapa pemirsa dengan
memandang langsung ke kamera. Relasi pribadi dengan penonton bisa dibangun dengan
cara seperti ini.
c. Sudut kamera
point of view
Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Angle
kamera p.o.v diambil sedekat shot obyektif dalam kemampuan
meng-approach sebuah shot subyektif, dan tetap obyektif. Kamera ditempatkan
pada sisi pemain subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan
pemain yang di luar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up pemain
yang menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya didahului dengan Over
Shoulder Shot.
2. Bidang pandang pengambilan gambar
Seorang pembuat film harus
memiliki pemahaman tentang bagaimana harus membuat ukuran gambar (frame
size) atau komposisi yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya.
Pengaturan komposisi yang baik dan menarik adalah jaminan bahwa gambar yang
ditampilkan tidak akan membuat penonton bosan dan enggan melepaskan sekejap
mata pun terhadap gambar yang kita
tampilkan.
tampilkan.
Terdapat beberapa shot dasar
yang sering digunakan dalam pengambilan gambar, antara lain extreme long shot,
long shot, medium long shot, medium shot, medium close up, close up, big close
up, extreme close up.
a. Extreme long shot (ELS)
Gambar diambil dari jarak sangat
jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi
tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek
tersebut terhadap lingkungannya.
tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek
tersebut terhadap lingkungannya.
b. Very Long shot (VLS)
Gambar dengan teknik VLS ini
mempunyai komposisi panjang, jauh, dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS.
Dengan tujuan menggambarkan adegan kolosal atau obyek yang banyak.
c.
Long shot (LS)
Merupakan teknik yang memperlihatkan komposisi obyek secara
total, dari ujung kepala hingga ujung kaki (bila obyek manusisa). Dengan tujuan
memperkenalkan tokoh secara lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan
obyek berada. Biasanya gambar ini digunakan pada sebagai opening shot (biasanya
zoom in hingga ke medium shot untuk menggambarkan wajah tokoh
yang bersangkutan lebih detail).
d. Medium long shot (MLS)
Gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika
misalnya terdapat 3
objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak
dari kepala sampai lutut.
objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak
dari kepala sampai lutut.
e. Medium shot (MS)
Ialah gambar yang memiliki komposisi subjek (manusia) dari
tangan hingga
ke atas kepala sehingga penonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi
yang meliputinya. Gambar ini sering dilakukan untuk master shot pada saat
moment interview.
ke atas kepala sehingga penonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi
yang meliputinya. Gambar ini sering dilakukan untuk master shot pada saat
moment interview.
f. Medium close up
(MCU)
Adalah komposisi gambar yang memperlihatkan setengah porsi
subjek
dengan latar yang masih bisa dinikmati sehingga memberikan
kesatuan antara komposisi subjek dengan latar.
g. Close up (CU)
Ialah komposisi yang memperjelas ukuran gambar contoh pada
gambar manusia biasanya antara kepala hingga leher. Hal ini menunjukan
penggambaran emosi atau reaksi terhadap suatu adegan.
h. Big close up
(BCU)
Adakah komposisi yang lebih dalam dari pada CU sehingga
bertujuan menampilkan kedalaman
pandangan mata, ekspresi kebencian pada wajah. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa
tubuh, tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu.
i. Extreme close up (ECU)
Adalah penggambilan gambar close up secara mendetail dan berani. Kekuatan ECU ini terletak pada kedekatan dan ketajaman yang hanya focus pada suatu bagian objek saja.
3. Gerakan kamera dalam pengambilan gambar
Untuk menciptakan gambar yang dinamis dan dramatis, kita
perlu mengenal macam-macam gerakan kamera, antara lain panning, zooming, tilting, follow.
a.
Panning
Dalam teknik ini, kamera
digeser secara horizontal mengikuti urutan objek, baik ke kiri atau ke kanan.
Jika kamera di geser ke kiri disebut pan left, sementara jika digeser ke kanan
disebut pan right. Waktu standar untuk melakukan panning berkisar antara 3
sampai 5 detik.
b.
Tilting
Dalam teknik ini, objek diambil
dengan memperlihatkan sosok dari bawah kemudian bergeser sedikit demi sedikit
ke atas (titling up), atau sebaliknya (titling down). Dengan cara ini, penonton
disuguhi gambaran sosok secara perlahan sehingga menimbulkan penasaran.
c.
Zooming
Dalam teknik ini secara fisik
kamera memang tidak bergerak, yang digunakan
adalah tombol zooming pada kamera. Jika tombol zooming ditekan kebelakang, objek akan terlihat menjauh (zoom out), sementara jika tombol zooming ditekan ke depan, objek atan terlihat mendekat (zoom in). Dalam pembuatan film, teknik ini kurang disarankan, alasannya dalam sebuah adegan durasi yang digunakan adalah satuan detik. Jika menggunakan teknik zooming, efek yang akan diperlihatkan sering kali tidak tersampaikan.
adalah tombol zooming pada kamera. Jika tombol zooming ditekan kebelakang, objek akan terlihat menjauh (zoom out), sementara jika tombol zooming ditekan ke depan, objek atan terlihat mendekat (zoom in). Dalam pembuatan film, teknik ini kurang disarankan, alasannya dalam sebuah adegan durasi yang digunakan adalah satuan detik. Jika menggunakan teknik zooming, efek yang akan diperlihatkan sering kali tidak tersampaikan.
d.
Dolly
Dalam teknik ini, juru kamera
akan menggunakan dolly (seti tiga beroda yang diletakkan di bawah kaki-kaki
tripod). Pengambilan gambar dengan teknik dolly ini ada dua, jika kamera dengan
dolly digerakkan mendekati objekdisebut dolly in, semetara jika kamera bergerak
menjauhi objek disebut dolly out.
e.
Follow
Adalah gerakan kamera mengikuti
objeknya. Sehingga gambar yang dihasilkan lebih berfariasi, agar gambar tak
terlalu shaking dianjurkan menggunakan dolly trac.
Terdapat beberapa teknik lain
yang tidak hanya mengandalkan sudut pengambilan, ukuran gambar, gerakan kamera
dan objek tetapi juga unsur- unsure lain seperti cahaya, properti dan lingkungan.
Rata-rata pengambilan gambar dengan menggunakan teknik-teknik ini menghasilkan
kesan lebih dramatik.
1)
Backlight Shot
Dalam teknik ini, pengambilan gambar
memperlihatkan wajah yang berbayang karena diabaikan oleh lensa kamera. Lensa
kamera lebih mengejar cahaya di belakang objek sehingga objek menjadi tidak
terkena cahaya. Pada prinsipnya, kamera selalu mengejar cahaya yang lebih
terang, sehingga jika ada objek yang menghalangi cahaya maka objek tersebut
akan terlihat gelap.Efek yang terjadi adalah objek terlihat tidak jelas,
sementara background tampak terang benderang. Semakin terang cahaya background, maka semakin gelap objek
2)
Reflection Shot
Dalam teknik ini, juru kamera tidak membidik objek langsung
ke sasaran, tetapi justru ke benda-benda yang mengandung bayangan (refleksi)
atau pantulan objek. Jika dilakukan di kamar, maka cermin bisa digunakan sebagai
reflektor, jika dilakukan di taman, kolam bisa dijadikan sebagai reflektor.
Kesanyang ditimbulkan cukup dramatis karena pengaruh media yang digunakan.
3)
Door Frame Shot
Dalam teknik ini, pengambilan
gambar dilakukan dengan membuka sebuah
pintu sedikit demi sedikit kemudia melongok ke dalamnya. Seolah juru kamera mengintip tapi melalui pintu yang sedikit terbuka. Biasanya teknik seperti ini memberikan kesan menegangkan, misalnya dalam film horor. Penonton menjadi penasaran pada peristiwa yang terjadi di balik pintu.
pintu sedikit demi sedikit kemudia melongok ke dalamnya. Seolah juru kamera mengintip tapi melalui pintu yang sedikit terbuka. Biasanya teknik seperti ini memberikan kesan menegangkan, misalnya dalam film horor. Penonton menjadi penasaran pada peristiwa yang terjadi di balik pintu.
4)
Artificial Framing
Shot
Dalam teknik ini, juru kamera
menempatkan benda-benda di depan kamera sehingga efek yang muncul adalah
keindahan karena kamera tidak langsung membidik objek, tetapi terhalangi oleh
benda yang menjadi foreground.
5)
Jaws Shot
Dalam pengambilan gambar,
biasanya objek tahu jika gambarnya akan dishot. Tapi dalam teknik ini justru
seolah-olah objek tidak tahu sehingga ketika kamera menyorot kearahnya dia
terlihat kaget, tapi dalam situasi yang dramatik.
6)
Framing with
Background
Dalam teknik ini, fokus tetap
di depan, tapi latar belakangnya dimunculkan untuk memberi kesan lain terhadap
objek tujuan. Objek berada dalam kondisi yang benar-benar tegas dan tajam,
sementara background dibiarkan buram karena tidak ada kaitannya dengan objek
7)
Tripod Transition
Pada teknik ini, posisi kamera
berada diatas tripod dan beralih dari objek satu
ke objek lain secara cepat.
ke objek lain secara cepat.
8)
Artificial Hairligh
Pada efek ini, rambut objek
diberi efek cahaya buatan sehingga menimbulkan efek bersinar. Selain untuk
menambah penampilan, teknik ini juga unruk memberi batas antara objek dengan
background sehingga tampak lebih terpisah antara objek dan latar belakangnya.
9)
Fast Road Effect
Teknik pengambilan gambar ini
memperlihatkan juru kamera berada di dalam kendaraan yang sedang melaju
kencang. Kean yang ditimbulkan adalah pemandangan jalan yang bergerak begitu
cepat memperlihatkan efek kecepatan mobil obyek.
10)
Walking Shot
Teknik ini mengambil gambar
pada objek yang sedang berjalan. Biasanya digunakan untuk menunjukkan orang
yang sedang berjalan terburu-buru atau dikejar sesuatu.
11)
Over Shoulder
Pengambilan gambar dari
belakang objek, biasanya objek tersebut hanya terlihat kepala atau bahunya
saja. Pengambilan ini untuk memperlihatkan bahwa objek sedang melihat sesuatu
atau bisa juga objek sedang bercakap-cakap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar