Rabu, 05 April 2017

KP.3. Teknik Pengambilan Gambar Bergerak

Teknik Pengambilan Gambar Bergerak

Uraian Materi
1.    Sudut pengambilan gambar
Dalam penataankamera secara teknik yang perlu diperhatikan salah satunya adalah camera angle atau sudut kamera. Pemilihan sudut pandang kamera dengan tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita. Sebaliknya jika pengambilan sudut pandang kamera dilakukan dengan serabutan dapat merusak dan membingungkan penonton, karena makna bisa jadi tidak tertangkap dan sulit dipahami. Oleh karena itu penentuan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan.
Sudut kamera di bagi menjadi 3 jenis yaitu sudut kamera obyektif, subyektif dan point of view.
a.  Sudut kamera obyektif
Adalah kamera dari sudut pandang penonton outsider, tidak dari sudut pandang pemain tertentu. Angle kamera obyektif tidak mewakili siapapun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada kamera, tidak merasa ada yang melihat.
-     Bird eye view
Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera berada diatas ketinggian objek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang luas dan benda-benda lain tampak kecil dan berserakan

-     High angle
Sudut pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat kecil. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai “kerdil”.

-     Low angle
Sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat besar. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung/prominance, berwibawa, kuat, dominan.

-       Eye level
Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang. Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis melainkan kesan wajar.

-       Frog eye
Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah mata penonton mewakili mata katak.



b.  Sudut kamera subyektif
Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya melihat ke penonton. Atau dari sudut pandang pemain lain, misalnya film horor. Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberapa cara:
-       Kamera berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka dalam adegan, sehingga dapat menimbulkan efek dramatic
-       Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam gambar. Penonton dapat menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui mata pemain tertentu. Penonton akan mengalami sensasi yang sama dengan pemain tertentu. Jika sebuah kejadian disambung dengan close up seseorang yang memandang ke luar layar, akan member kesan penonton sedang menyaksikan apa yang disaksikan oleh pemain yangmemandang keluar layar tersebut.
-       Kamera bertindak sebagai mata dari penonton yang tidak kelihatan. Seperti presenter yang menyapa pemirsa dengan memandang langsung ke kamera. Relasi pribadi dengan penonton bisa dibangun dengan cara seperti ini.
c.   Sudut kamera point of view
Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Angle kamera p.o.v diambil sedekat shot obyektif dalam kemampuan meng-approach sebuah shot subyektif, dan tetap obyektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan pemain yang di luar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up pemain yang menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya didahului dengan Over Shoulder Shot.

2.    Bidang pandang pengambilan gambar
Seorang pembuat film harus memiliki pemahaman tentang bagaimana harus membuat ukuran gambar (frame size) atau komposisi yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya. Pengaturan komposisi yang baik dan menarik adalah jaminan bahwa gambar yang ditampilkan tidak akan membuat penonton bosan dan enggan melepaskan sekejap mata pun terhadap gambar yang kita
tampilkan.
Terdapat beberapa shot dasar yang sering digunakan dalam pengambilan gambar, antara lain extreme long shot, long shot, medium long shot, medium shot, medium close up, close up, big close up, extreme close up.
a. Extreme long shot (ELS)
Gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi
tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek
tersebut terhadap lingkungannya.

b. Very Long shot (VLS)
Gambar dengan teknik VLS ini mempunyai komposisi panjang, jauh, dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Dengan tujuan menggambarkan adegan kolosal atau obyek yang banyak.

c. Long shot (LS)
Merupakan teknik yang memperlihatkan komposisi obyek secara total, dari ujung kepala hingga ujung kaki (bila obyek manusisa). Dengan tujuan memperkenalkan tokoh secara lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan obyek berada. Biasanya gambar ini digunakan pada sebagai opening shot (biasanya zoom in hingga ke medium shot untuk menggambarkan wajah tokoh yang bersangkutan lebih detail).

d. Medium long shot (MLS)
Gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika misalnya terdapat 3
objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak
dari kepala sampai lutut.

e. Medium shot (MS)
Ialah gambar yang memiliki komposisi subjek (manusia) dari tangan hingga
ke atas kepala sehingga penonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi
yang meliputinya. Gambar ini sering dilakukan untuk master shot pada saat
moment interview.

f.  Medium close up (MCU)
Adalah komposisi gambar yang memperlihatkan setengah porsi subjek
dengan latar yang masih bisa dinikmati sehingga memberikan kesatuan antara komposisi subjek dengan latar.

g.  Close up (CU)
Ialah komposisi yang memperjelas ukuran gambar contoh pada gambar manusia biasanya antara kepala hingga leher. Hal ini menunjukan penggambaran emosi atau reaksi terhadap suatu adegan.

h.  Big close up (BCU)
Adakah komposisi yang lebih dalam dari pada CU sehingga bertujuan  menampilkan kedalaman pandangan mata, ekspresi kebencian pada wajah. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh, tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu.



         i. Extreme close up (ECU)
   Adalah penggambilan gambar close up secara mendetail dan berani. Kekuatan ECU ini terletak pada    kedekatan dan ketajaman yang hanya focus pada suatu bagian objek saja.
  




3.       Gerakan kamera dalam pengambilan gambar
Untuk menciptakan gambar yang dinamis dan dramatis, kita perlu mengenal macam-macam gerakan kamera, antara lain panning, zooming, tilting, follow.
a.       Panning
Dalam teknik ini, kamera digeser secara horizontal mengikuti urutan objek, baik ke kiri atau ke kanan. Jika kamera di geser ke kiri disebut pan left, sementara jika digeser ke kanan disebut pan right. Waktu standar untuk melakukan panning berkisar antara 3 sampai 5 detik.

b.      Tilting
Dalam teknik ini, objek diambil dengan memperlihatkan sosok dari bawah kemudian bergeser sedikit demi sedikit ke atas (titling up), atau sebaliknya (titling down). Dengan cara ini, penonton disuguhi gambaran sosok secara perlahan sehingga menimbulkan penasaran.

c.       Zooming
Dalam teknik ini secara fisik kamera memang tidak bergerak, yang digunakan
adalah tombol zooming pada kamera. Jika tombol zooming ditekan kebelakang, objek akan terlihat menjauh (zoom out), sementara jika tombol zooming ditekan ke depan, objek atan terlihat mendekat (zoom in). Dalam pembuatan film, teknik ini kurang disarankan, alasannya dalam sebuah adegan durasi yang digunakan adalah satuan detik. Jika menggunakan teknik zooming, efek yang akan diperlihatkan sering kali tidak tersampaikan.

d.      Dolly
Dalam teknik ini, juru kamera akan menggunakan dolly (seti tiga beroda yang diletakkan di bawah kaki-kaki tripod). Pengambilan gambar dengan teknik dolly ini ada dua, jika kamera dengan dolly digerakkan mendekati objekdisebut dolly in, semetara jika kamera bergerak menjauhi objek disebut dolly out.

e.      Follow
Adalah gerakan kamera mengikuti objeknya. Sehingga gambar yang dihasilkan lebih berfariasi, agar gambar tak terlalu shaking dianjurkan menggunakan dolly trac.

Terdapat beberapa teknik lain yang tidak hanya mengandalkan sudut pengambilan, ukuran gambar, gerakan kamera dan objek tetapi juga unsur- unsure lain seperti cahaya, properti dan lingkungan. Rata-rata pengambilan gambar dengan menggunakan teknik-teknik ini menghasilkan kesan lebih dramatik.
1)      Backlight Shot
Dalam teknik ini, pengambilan gambar memperlihatkan wajah yang berbayang karena diabaikan oleh lensa kamera. Lensa kamera lebih mengejar cahaya di belakang objek sehingga objek menjadi tidak terkena cahaya. Pada prinsipnya, kamera selalu mengejar cahaya yang lebih terang, sehingga jika ada objek yang menghalangi cahaya maka objek tersebut akan terlihat gelap.Efek yang terjadi adalah objek terlihat tidak jelas, sementara background tampak terang benderang. Semakin terang cahaya background, maka semakin gelap objek

2)    Reflection Shot
Dalam teknik ini, juru kamera tidak membidik objek langsung ke sasaran, tetapi justru ke benda-benda yang mengandung bayangan (refleksi) atau pantulan objek. Jika dilakukan di kamar, maka cermin bisa digunakan sebagai reflektor, jika dilakukan di taman, kolam bisa dijadikan sebagai reflektor. Kesanyang ditimbulkan cukup dramatis karena pengaruh media yang digunakan.

3)      Door Frame Shot
Dalam teknik ini, pengambilan gambar dilakukan dengan membuka sebuah
pintu sedikit demi sedikit kemudia melongok ke dalamnya. Seolah juru kamera mengintip tapi melalui pintu yang sedikit terbuka. Biasanya teknik seperti ini memberikan kesan menegangkan, misalnya dalam film horor. Penonton menjadi penasaran pada peristiwa yang terjadi di balik pintu.

4)      Artificial Framing Shot
Dalam teknik ini, juru kamera menempatkan benda-benda di depan kamera sehingga efek yang muncul adalah keindahan karena kamera tidak langsung membidik objek, tetapi terhalangi oleh benda yang menjadi foreground.

5)      Jaws Shot
Dalam pengambilan gambar, biasanya objek tahu jika gambarnya akan dishot. Tapi dalam teknik ini justru seolah-olah objek tidak tahu sehingga ketika kamera menyorot kearahnya dia terlihat kaget, tapi dalam situasi yang dramatik.


6)      Framing with Background
Dalam teknik ini, fokus tetap di depan, tapi latar belakangnya dimunculkan untuk memberi kesan lain terhadap objek tujuan. Objek berada dalam kondisi yang benar-benar tegas dan tajam, sementara background dibiarkan buram karena tidak ada kaitannya dengan objek

7)      Tripod Transition
Pada teknik ini, posisi kamera berada diatas tripod dan beralih dari objek satu
ke objek lain secara cepat.

8)      Artificial Hairligh
Pada efek ini, rambut objek diberi efek cahaya buatan sehingga menimbulkan efek bersinar. Selain untuk menambah penampilan, teknik ini juga unruk memberi batas antara objek dengan background sehingga tampak lebih terpisah antara objek dan latar belakangnya.

9)      Fast Road Effect
Teknik pengambilan gambar ini memperlihatkan juru kamera berada di dalam kendaraan yang sedang melaju kencang. Kean yang ditimbulkan adalah pemandangan jalan yang bergerak begitu cepat memperlihatkan efek kecepatan mobil obyek.

10)   Walking Shot
Teknik ini mengambil gambar pada objek yang sedang berjalan. Biasanya digunakan untuk menunjukkan orang yang sedang berjalan terburu-buru atau dikejar sesuatu.

11)   Over Shoulder
Pengambilan gambar dari belakang objek, biasanya objek tersebut hanya terlihat kepala atau bahunya saja. Pengambilan ini untuk memperlihatkan bahwa objek sedang melihat sesuatu atau bisa juga objek sedang bercakap-cakap.


12)Profil Shot: jika dua orang sedang berdialog, tetapi pengambilan gambarnya dari samping, kamera satu memperlihatkan orang pertama dan kamera duamemperlihatkan orang kedua.


TERIMA KASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ilmu Multimedia

Multimedia dimanfaatkan dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam...